Recent Blog post
Archive for Februari 2014
Majas
perbandingan
1.
Alegori: Menyatakan
dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.Contoh: Perjalanan hidup
manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada
akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2.
Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan
karena sudah dikenal.Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
3.
Simile: Pengungkapan
dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".contoh: Kau umpama air aku
bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
4.
Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu
benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir
sama.contoh: Cuaca mendung karena sang raja
siang enggan menampakkan diri.
5.
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan
kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan
manusia.
6.
Sinestesia: Majas yang berupa suatu
ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra
lainnya
7.
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama
diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8.
Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan
sifat atau pekerjaan orang.
9.
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan
nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.Contoh:
Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau
kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
10.
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas
suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.Contoh: Terimalah kado yang tidak
berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
11.
Hiperbola: Pengungkapan yang
melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataantersebut menjadi tidak masuk
akal.Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai
langit.
12.
Personifikasi: Pengungkapan dengan
menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan
manusia.Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
13.
Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak
menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
14.
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari
objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya.
15.
Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan
objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.contoh:Indonesia bertanding volly
melawan Thailand.
16.
Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang
dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau
dianggap halus.contoh:Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
17.
Disfemisme:
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
18.
Fabel:
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur
kata.contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
19.
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai
tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
20.
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai
pengganti ungkapan yang lebih pendek
21.
Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau
pranata.contoh:Kita bermain ke rumah Ina
22.
Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
23.
Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.Contoh:
Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Majas
sindiran
1.
Ironi:
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut.Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2.
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
3.
Sinisme:
Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa
harus bertanya kepadaku ?
4.
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau
parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5.
Innuendo:
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas
penegasan
1.
Apofasis:
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2.
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak
diperlukan.
Contoh:
Saya naik tangga ke atas.
3.
Repetisi:
Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4.
Pararima:
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5.
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata
secara berurutan
6.
Paralelisme: Pengungkapan dengan
menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7.
Tautologi: Pengulangan kata dengan
menggunakan sinonimnya.
8.
Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9.
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata
yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan
10.
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting.
11.
Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12.
Inversi:
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13.
Retoris: Ungkapan pertanyaan yang
jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14.
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa
unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15.
Koreksio:
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16.
Polisindenton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17.
Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau
wacana tanpa kata penghubung.
18.
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan
keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19.
Eksklamasio:
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20.
Enumerasio:
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21.
Preterito:
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22.
Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23.
Kolokasi:
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
24.
Silepsis:
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25.
Zeugma:
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas
pertentangan
1.
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan
dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2.
Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
3.
Antitesis:
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
4.
Kontradiksi
interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya.
5.
Anakronisme:
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan
waktunya.